Artikel Cawan Suci ini adalah kutipaan dari Novel Da vinci Code.
Banyak orang menjual angan-angan
Tampaknya Teabing mempunyai pemikiran yang sama. “Robert, mungkin ini saatnya simbolog memberi penjelasan?” Kemudian Leigh berjalan ke ujung meja, menemukan secarik kertas, dan meletakkannya di depan Langdon. Langdon mengeluarkan sebuah pena dari sakunya. “Sophie, kau mengenal ikon modern untuk lelaki dan perempuan?” Lalu Langdon menggambar simbol umum lelaki dan sambil perempuan yang biasa.
Banyak orang menjual angan-angan
dan mukjizat-mukjizat semu, mengelabui orang-orang
bodoh
LEONARDO DA VINCI
"Ini ada satu lagi," kata
Teabing, sambil menunjuk pada kutipan yang
lain.
Kelalaian membuta menyesatkan kita
O! Makhluk hidup celaka, buka mata
kalian.'
-LEONARDO DA VINCI
"Perasaan Leonardo tentang
Alkitab berhubungan langsung dengan Holy Grail. Kenyataannya,
Da Vinci melukis
Grail yang asli, yang akan kutunjukkan kepadamu sebentar lagi, tetapi
pertama-tama kita harus berbicara tentang Alkitab." Teabing tersenyum. "Dan,
segala yang kauingin tahu tentang Alkitab dapat disimpulkan oleh doktor agama
yang terkenal, Martyn Perry." Teabing berdaham dan menyatakan, "Alkitab tidak
datang dengan cara difaks dari surga."
"Maaf?"
"Alkitab adalah buatan
manusia, Nona. Bukan Tuhan. Alkitab tidak jatuh secara ajaib dari awan.
Orang membuatnya sebagai catatan sejarah dari hiruk-pikuk zaman, dan itu telah
melibatkan penerjemahan, penambahan, dan revisi yang tak terhitung. Sejarah
tidak pernah punya versi pasti buku itu."
"Okay. "
"Yesus Kristus merupakan tokoh sejarah dengan
pengaruh luar biasa, mungkin pemimpin yang paling membingungkan dan paling
melahirkan inspirasi yang pernah ada di dunia. Seperti Messiah yang diramalkan,
Yesus melebihi raja-raja, memberi inspirasi kepada jutaan orang, dan mendirikan
filosofi baru. Sebagai keturunan Raja Salomo dan Raja David, Yesus berhak
mewarisi takhta Raja Yahudi. Dapat dimengerti, kehidupan-Nya dicatat oleh ribuan
pengikut di seluruh bumi ini." Teabing terdiam sejenak untuk menghirup tehnya,
kemudian meletakkan cangkirnya kembali di atas bibir perapian. "Lebih dari
delapan puluh kitab Injil telah dipertimbangkan untuk masuk dalam
Perjanjian Baru, namun akhirnya hanya relatif sedikit yang dipilih untuk
dicantumkandi antaranya Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes."
"Siapa yang memilih kitab
Injil mana untuk dicantumkan?" tanya Sophie.
"Aha!" Teabing meledak bersemangat. "Ironi
mendasar dari Kristen! Alkitab yang kita kenal sekarang ini disusun oleh kaisar
Roma yang pagan, Konstantin Agung."
"Kukira Konstantin penganut
Kristen," kata Sophie.
"Tak benar," Teabing terbatuk. "Dia seorang
pagan seumur hidup. Dia dibaptis pada ranjang kematiannya, ketika dirinya
terlalu lemah untuk melawan. Di masa Konstantin, agama resmi Romawi adalah
pemujaan matahari-kelompok pemujaan Sol Invictus, atau Matahari Tak
Tertandingi-dan Konstantin adalah pendeta kepalanya. Celaka baginya, sebuah
guncangan religius tumbuh dan mencengkeram Roma. Tiga abad setelah penyaliban
Yesus Kristus, para pengikut Kristus tumbuh berlipat-lipat. Kaum Kristen dan
pagan mulai berperang, dan konflik itu tumbuh sedemikian besar sehingga
mengancam akan membelah Roma menjadi dua. Konstantin memutuskan bahwa sesuatu
harus dilakukan. Pada tahun 325 Masehi, ia memutuskan untuk menyatukan Romawi
dalam sebuah agama tunggal. Kristen."
Sophie terkejut. "Mengapa
seorang kaisar pagan memilih Kristen sebagai agama resmi.”
Teabing tergelak. "Konstantin adalah pebisnis
kawakan. Dia dapat melihat bahwa Kristen sedang bangkit, dan ia sekadar
bertaruh pada kuda pemenang. Para sejarawan masih memuji kecemerlangan
Konstantin yang mengalihkan kaum pagan pemuja matahari menjadi Kristen. Dengan
meleburkan simbol-simbol, tanggal-tanggal, serta ritus-ritus pagan ke dalam
adat-istiadat Kristen yang sedang tumbuh, dia telah menciptakan sejenis agama
hibrid yang dapat diterima oleh kedua belah pihak."
"Transmogrifikasi," ujar Langdon.
"Jejak-jejak agama pagan dalam simbologi Kristen tak terbantahkan. Cakram
matahari kaum Mesir kuno menjadi lingkaran halo para santo Katolik. Berbagai
piktogram Isis yang sedang menyusui putcanya yang lahir karena mukjizat, Horus,
menjadi cetak biru bagi berbagai penggambaran modern kita akan Perawan Maria
yang sedang menyusui Bayi Yesus. Dan, nyaris semua unsur dalam ritus
Katolik-mitra, altar, doksologi, dan komuni, atau tindakan "makan Tuhan"---
diambil langsung dari agama-agama misteri pagan di masa awal."
Teabing mengerang. "Jangan
biarkan seorang simbolog mulai bicara tentang ikon-ikcn Kristen. Tak ada yang
asli dalam Kristen.
Mithra, Tuhan
pra-Kristen-disebut Putra Tuhan
dan Cahaya Dunia-lahir dan mati pada 25 Desember, dikubur dalam sebuah makam batu, dan kemudian
dibangkitkan dalam tiga hari. Omongomong, 25 Desember juga hari lahir Osiris,
Adonis, dan Dionysus. Krishna yang baru lahir dihadiahi emas, dupa, dan
kemenyan. Bahkan hari suci mingguan orang Kristen dicuri dari kaum pagan."
"Apa
maksudmu?"
"Aslinya," kata Langdon, "Kristen menghormati
Sabat Yahudi pada hari Sabtu, tapi Konstantin menggesernya agar bertemu dengan
hari kaum pagan memuliakan matahari." Dia mengambil jeda, menyeringai. "Hingga
hari ini, kebanyakan jemaat gereja menghadiri layanan Gereja pada Minggu pagi
tanpa sadar sama sekali bahwa mereka sedang melakukan penghormatan mingguan pada
dewa matahari kaum pagan ---Sun-day, hari
matahari."
Kepala Sophie berputar tak
karuan. "Dan segala hal ini berhubungan dengan Grail?"
"Memang," kata Teabing. "Bersabarlah sejenak.
Selama fusi agama-agama itu, Konstantin perlu memperkuat
tradisi Kristen baru, dan dia mengadakan sebuah pertemuan
ekumenikal termasyhur, yang dikenal dengan nama Konsili
Nicea."
Sophie hanya mendengarnya
sebagai tempat lahir Pengakuan Iman Nicea.
"Dalam pertemuan ini," kata Teabing, "banyak
aspek dari Kristen diperdebatkan dan ditetapkan berdasarkan voting-tanggal
Paskah, peranan para uskup, administrasi sekramen, dan, tentu saja, ketuhanan
Yesus."
"Aku tak mengerti. Ketuhanan
Yesus?"
"Sayangku," tegas Teabing, "hingga saat
itu dalam sejarah, Yesus dipandang oleh para pengikut-Nya sebagai nabi yang
dapat mati ... seorang lelaki agung yang punya kekuatan, tapi tak lebih dari
seorang manusia.
Seorang fana, manusia
biasa."
"Bukan Putra
Tuhan?"
"Benar," sahut Teabing. "Penetapan Yesus sebagai
`Putra Tuhan' secara resmi diusulkan dan ditetapkan melalui voting oleh Konsili
Niicea."
"Tunggu dulu. Maksudmu, keilahian Yesus adalah
hasil voting.' "Sebuah voting yang ketat, sebenarnya," tambah Teabing, "Walau begitu,
menetapkan keilahian Kristus penting sekali bagi penyatuan lebih jauh kekaisaran
Romawi dan bagi basis kekuatan Vatikan yang baru. Dengan secara resmi memuja
Yesus sebagai Putra Tuhan, Konstantin mengubah Yesus menjadi dewa yang berada di
luar cakupan dunia manusia, sebuah entitas dengan kekuatan yang tak tertandingi.
Ini bukan hanya menyisihkan tantangan selanjutnya dari kaum pagan terhadap
Kristen, tapi membuat para pengikut Kristus kini dapat menebus diri mereka
hanya melalui pembuatan sebuah saluran suci - Gereja Katolik Roma."
Sophie melirik Langdon, dan Langdon memberinya
sebuah anggukan lembut tanda pembenaran.
"Semua ini masalah kekuasaan," lanjut Teabing.
"Kristus sebagai Juru Selamat adalah amat penting bagi berfungsinya Gereja dan
negara. Banyak sarjana mengklaim bahwa Gereja masa awal benar-benar mencuri
Yesus dari para pengikut asli-Nya, dengan membajak pesan-pesan
manusiawi-Nya, mengaburkannya dalam jubah ketuhanan yang tak tertembus, dan
menggunakannya untuk meluaskan kekuasaan mereka. Aku telah menulis beberapa buku
mengenai topik ini."
"Aku menduga, orang-orang Kristen yang taat
mengirimimu surat-surat permusuhan setiap hari?"
"Mengapa mereka mau melakukan itu?" sergah
Teabing. "Mayoritas besar orang Kristen terdidik mengetahui sejarah iman mereka.
Yesus memanglah seorang manusia agung dan berkuasa. Manuver politik bawah tangan
dari Konstantin tidak memupuskan keagungan hidup Kristus. Tak ada yang
mengatakan bahwa Kristus adalah tokoh gadungan, atau menyangkal bahwa Dia
berjalan dimuka bumi dan mengilhami jutaan orang untuk
memperbaiki hidup mereka. Yang kita katakan di sini
hanyalah, Konstantin mengambil keuntungan
dari pengaruh dan arti penting Kristus yang besar. Dan dalam melakukan itu, dia telah membentuk wajah Kristen
seperti yang kita kenal sekarang."
Sophie menatap sekilas buku seni di hadapannya,
bergairah untuk terus maju dan melihat lukisan Holy Grail dari Da Vinci.
"Masalahnya adalah ini," kata Teabing, kini bicaranya lebih cepat. "Karena
Konstantin meningkatkan status Yesus hampir empat abad setelah kematian
Yesus, ribuan dokumen yang mencatat kehidupan-Nya sebagai manusia biasa
sudah terlanjur ada. Untuk menulis ulang buku-buku sejarah, Konstantin tahu
bahwa ia perlu mengambil sebuah langkah berani. Dari sinilah timbul sebuah momen
paling menentukan dalam sejarah Kristen." Teabing berhenti sejenak, menatap
Sophie. "Konstantin menitahkan dan membiayai penyusunan sebuah Alkitab baru,
yang meniadakan semua kitab Injil yang berbicara tentang segala perilaku
manusiawi Yesus, serta memasukkan kitab-kitab Injil yang membuat-Nya
seakan Tuhan. Kitab-kitab Injil terdahulu dianggap melanggar hukum, lalu
dikumpulkan dan dibakar."
"Sebuah catatan menarik," tambah Langdon. "Siapa
pun yang memilih kitab-kitab Injil yang terlarang dan bukannya versi Konstantin
akan dianggap sebagai kaum bidah, heretic. Kata heretic diambil
dari momen sejarah tersebut. Kata Latin haereticus berarti `pilihan'.
Mereka yang `memilih' sejarah asli dari Kristus adalah kaum heretic
pertama di dunia."
"Untungnya bagi para sejarawan," kata Teabing,
"beberapa kitab Injil yang dicoba untuk dimusnahkan oleh Konstantin berhasil
diselamatkan. Dead Sea Scrolls, Gulungan-Gulungan Laut Mati,
ditemukan pada tahun 1950-an tersembunyi di sebuah gua dekat Qumran di gurun
Yudea. Dan, tentu saja, Gulungan Koptik pada tahun 1945 di Nag Hammadi. Sebagai
tambahan dari penuturan kisah Grail sejati, dokumen-dokumen ini berbicara
tentang kependetaan Kristus dalam keadaan-keadaan yang amat manusiawi. Tentu
saja Vatikan, dalam memelihara tradisi misinformasi mereka, mencoba amat keras
untuk menekan pengabaran gulungan-gulungan naskah ini. Mengapa tidak?
Gulungan-gulungan itu menggaris bawahi ketidak cocokan dan pemalsuan sejarah yang mencolok, jelas-jelas membenarkan
bahwa Alkitab modern disusun dan diedit oleh manusia yang memiliki sebuah agenda
politis untuk mempromosikan
keilahian seorang lelaki bernama Yesus Kristus dan memanfaatkan pengaruh-Nya
untuk mengukuhkan basis kuasa mereka sendiri."
"Namun," sanggah Langdon, "amatlah penting untuk
mengingat bahwa hasrat Gereja modern untuk menekan dokumendokumen ini datang
dari kepercayaan tulus yang lahir dari pandangan mapan mereka akan Kristus.
Vatikan terbangun dari orangorang yang teramat saleh, yang sungguh-sungguh
percaya bahwa dokumen-dokumen yang bertentangan ini tak bisa lain adalah
kesaksian palsu."
Teabing tergelak, sambil menyantaikan dirinya
pada sebuah kursi di hadapan Sophie. "Seperti yang dapat kaulihat, profesor kita
ini punya hati yang jauh lebih lunak terhadap Roma daripada hatiku. Walau
begitu, ia benar mengenai kaum pendeta yang meyakini dokumen-dokumen penentang
ini sebagai kesaksian palsu. Itu dapat dimengerti. Alkitab versi Konstantin
telah menjadi kebenaran mereka selama berabad-abad. Tiada seorang pun yang lebih
terindoktrinasi kecuali pendoktrin itu sendiri."
"Maksud dia," kata Langdon, "adalah bahwa kita
memuja tuhan-tuhan dari para leluhur kita."
"Maksudku," sergah Teabing, "adalah bahwa nyaris
segala yang diajarkan para leluhur kita tentang Kristus adalah palsu.
Sebagai mana kisah-kisah Holy Grail
ini."
Sophie memandang lagi kutipan Da Vinci di
depannya. Kebodohan membutakan telah menyesatkan kita. O!
Orang-orang bodoh, bukalah mata kalian!
Teabing meraih buku ini dan membuka lembar demi
lembar hingga ke tengahnya. "Dan akhirnya, sebelum aku tunjukkan padamu
lukisan-lukisan Da Vinci tentang Holy Grail, aku ingin kau melihat ini sekilas."
Ia membuka buku itu tepat pada sebuah grafis warna-warni yang membentang sepenuh
halaman. "Aku pikir kau mengenali lukisan ini?"
Dia bercanda, bukan?
Sophie menatap lukisan paling
masyhur sepanjang masa, The Last Supper, lukisan legendaris Da Vinci dari
dinding Santa Maria delle Grazie di Milan. Lukisan yang meluntur itu menggambarkan Yesus dan para
murid-Nya pada saat Yesus mengumumkan bahwa salah satu dari mereka akan
mengkhianati-Nya. "Ya, aku tahu lukisan itu."
"Mungkin kau mau
memanjakanku dalam permainan ini? Tolong tutup matamu."
Merasa ragu, Sophie menutup matanya: "Di mana
Yesus duduk?" tanya Teabing. "Di tengah."
"Bagus. Apa makanan yang disantap Yesus dan para
murid Nya?"
"Roti." Jelas.
"Bagus sekali. Dan apa minumnya?" "Anggur.
Mereka minum anggur."
"Hebat. Dan satu pertanyaan final. Berapa banyak
gelas anggur di atas meja?"
Sophie berhenti sejenak, menyadari bahwa ini
pertanyaan menjebak. Dan setelah makan malam, Yesus mengambil secangkir
anggur, berbagi dengan para murid-Nya. "Satu cangkir," katanya. "Cawan
suci." Mangkuk Kristus. Holy Grail. "Yesus membagi-bagikan secawan
anggur, sebagaimana yang dilakukan kaum Kristen modern pada
komuni."
Teabing mendesah. "Buka
matamu."
Sophie membuka matanya. Teabing menyeringai
angkuh. Sophie memandang ke bawah, ke lukisan itu, melihat dengan takjub bahwa
setiap orang di meja itu memegang segelas anggur, termasuk Kristus sendiri. Tiga belas cawan. Selain itu, cawan-cawan itu tampak
kecil, tak bertangkai, dan terbuat dari kaca. Tak ada satu pun cawan
sesungguhnya dalam lukisan itu. Tiada Holy Grail.
Mata Teabing berkedip-kedip. "Tidakkah sedikit
aneh menurutmu, mengingat bahwa baik Alkitab dan legenda kita yang lazim tentang
Holy Grail merayakan momen ini sebagai kemunculan pasti dari Holy Grail.
Anehnya, Da Vinci tampak lupa untuk melukis Cawan Kristus."
"Tentunya para sarjana seni telah
mencatat hal ini."
"Kau akan terkejut jika mengetahui berbagai
anomali yang dicakupkan Da Vinci dalam lukisan ini, yang kebanyakan sarjana tak
melihatnya atau sekadar memilih untuk mengabaikannya.
Gambar ini, sesungguhnya, adalah kunci
keseluruhan misteri Holy Grail. Da Vinci membentangkan semuanya secara terbuka
dalam The Last Supper."
Sophie memindai karya itu dengan
bersemangat. "Apakah lukisan ini mengatakan pada kita apa Holy Grail itu
sesungguhnya?" "Bukan apa," bisik Teabing. "Tapi siapa dia. Holy
Grail bukanlah sebuah benda. Sesungguhnya, Holy Grail adalah ... seseorang."
SOPHIE MENATAP Teabing lama, kemudian
menoleh kepada Langdon. “Holy Grail seorang manusia?”
Langdon mengangguk. “Seorang perempuan.” Dari wajah Sophie yang tampak
kosong, Langdon tahu, Sophie tidak mengerti. Dia ingat mempunyai reaksi yang
sama ketika dia pertama kalinya mendengar pernyataan itu. Namun itu sebelum dia
mengerti simbologi di balik Grail sehingga kaitannya dengan simbol perempuan
menjadi jelas.
Tampaknya Teabing mempunyai pemikiran yang sama. “Robert, mungkin ini saatnya simbolog memberi penjelasan?” Kemudian Leigh berjalan ke ujung meja, menemukan secarik kertas, dan meletakkannya di depan Langdon. Langdon mengeluarkan sebuah pena dari sakunya. “Sophie, kau mengenal ikon modern untuk lelaki dan perempuan?” Lalu Langdon menggambar simbol umum lelaki dan sambil perempuan yang biasa.
“Tentu saja.”
“Ini,” lanjutnya, “bukanlah simbol-simbol asli bagi lelaki dan
perempuan. Banyak orang salah menduga bahwa simbol lelaki berasal dari sebuah perisai dan anak
tombak, sementara simbol perempuan ditandai oleh sebuah cermin yang memantulkan
kecantikan. Sebenarnya, simbolsimbol itu berasal dari simbol-simbol astronomi
planet dewa Mars dan planet dewi Venus. Simbol-simbol aslinya jauh lebih
sederhana." Langdon menggambar ikon lain pada kertas itu.
"Ini simbol asli untuk lelaki," kata Langdon
kepada Sophie. "Sebuah lingga tidak sempurna."
"Sangat langsung ke tujuan," kata Sophie.
"Seperti yang seharusnya," tambah Teabing.
Langdon melanjutkan. "Ikon ini resmi dikenal
sebagai bilah pedang, dan itu mewakili agresi dan dunia lelaki.
Sebenarnya, simbol lingga ini masih digunakan di bidang militer modern sebagai
lambang pangkat."
"Betul." Teabing tersenyum. "Semakin
banyak penis kau punya, semakin tinggi pangkatmu. Anak lelaki tak pernah
dewasa." Langdon mengedipkan matanya. "Kita lanjutkan. Simbol perempuan,
mungkin sudah kaubayangkan, merupakan lawannya." Langdon menggambar simbol pada
kertas itu. "Ini disebut chalice.
"
Sophie menatapnya, tampak
terkejut.
Langdon dapat melihat Sophie mulai menangkap
hubungan itu. "Chalice" sambung Langdon, "mirip dengan cawan atau bejana,
dan lebih penting, itu menyerupai bentuk rahim perempuan. Simbol ini
berhubungan dengan keperempuanan, dunia perempuan dan kesuburan." Langdon
menatap langsung pada Sophie sekarang. "Sophie, legenda mengatakan kepada kita
bahwa Holy Grail adalah chalice, sebuah tempat minum yang dipakai dalam
upacara keagamaan ---- sebuah cawan. Tetapi, penggambaran Grail sebagai cawan merupakan kiasan untuk menyamarkan kesejatian Holy Grail.
Jadi, legenda menggunakan cawan sebagai metafora bagi sesuatu yang jauh lebih
penting."
"Seorang perempuan," kata
Sophie.
"Tepat," Langdon tersenyum. "Grail sebenarnya
adalah simbol kuno untuk dunia keperempuanan, dan Holy Grail mewakili perempuan
suci dan dewi, yang tentu saja sekarang sudah hilang, dihapuskan oleh Gereja.
Kekuatan perempuan dan kemampuannya untuk melahirkan kehidupan pernah sangat
disucikan, tetapi itu merupakan ancaman bagi kebangkitan Gereja yang dikuasai
lelaki, dan karena itulah perempuan suci diibliskan dan diangggap kotor.
Lelaki-lah, bukan Tuhan, yang menciptakan konsep dosa asal, yaitu ketika
Hawa mencicipi apel dan menyebabkan jatuhnya ras manusia. Perempuan, yang pernah
menjadi pemberi kehidupan yang suci, sekarang merupakan
musuh."
"Aku harus menambahkan," kata Teabing, "bahwa
konsep perempuan sebagai pernbawa kehidupan merupakan dasar dari agama kuno.
Melahirkan anak merupakan peristiwa mistis dan penuh kekuatan. Sedihnya,
filosofi Kristen memutuskan untuk menggelapkan kekuatan penciptaan perempuan
dengan mengabaikan kebenaran biologis dan menjadikan lelaki sebagai
pencipta. Kitab Kejadian mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk
Adam. Perempuan menjadi bagian lelaki dan penuh dosa. Kitab Kejadian merupakan
awal dari berakhirnya pemujaan terhadap dewi."
"Grail," kata Langdon, "merupakan simbol dari
dewi yang hilang. Ketika Kristen hadir, agama-agama pagan lama ternyata tidak
mati begitu saja. Legenda pencarian Grail yang hilang sebenarnya merupakan
cerita-cerita tentang permintaan yang terlarang untuk mencari perempuan suci
yang hilang. Para kesatria yang mengaku mencari cawan berbicara menggunakan
kode-kode untuk melindungi diri mereka sendiri dari Gereja yang telah
menaklukkan perempuan, menghilangkan Dewi, membakar orangorang kafir, dan
melarang penghormatan kaum pagan kepada perempuan suci."
Sophie menggelengkan kepalanya. "Maaf, ketika
kau mengatakan bahwa Holy Grail adalah seseorang, kupikir itu bukan orang yang
sebenarnya."
"Memang orang," kata Langdon.
"Dan bukan hanya sembarang orang," Teabing
mencetus, sambil berdiri dengan bersemangat. "Seorang perempuan yang membawa
rahasia yang begitu kuatnya sehingga, jika terbongkar, akan mengancam merusak
dasar Kristen!"
Sophie tampak terkejut sekali. "Apakah perempuan
ini terkenal dalam sejarah?"
"Sangat," Teabing mengambil tongkat ketiaknya
dan berjalan menuju gang. "Dan jika kita berpindah ke ruang kerjaku,
temanteman, aku akan merasa terhormat untuk memperlihatkan kepada , kalian
lukisan Da Vinci tentang perempuan itu."
Holy Grail adalah seorang perempuan,
pikir Sophie. Benaknya menjadi
sebuah susunan gagasan yang saling membelit namun tidak masuk akal. "Kau bilang
mempunyai lukisan perempuan yang kausebut Holy Grail
itu:"
"Ya, bukan aku yarig menyebut perempuan
itu Holy Grail. Kristus sendiri yang mengatakannya begitu."
"Yang mana lukisan itu?" tanya Sophie, sambil
mengamati dinding-dinding di situ.
"Hmmm ..." Teabing seakan lupa akan janjinya.
"Holy Grail. Sangreal. Cawan." Tiba-tiba dia bergerak dan menunjuk ke dinding
yang jauh. Pada dinding itu tergantung kopi lukisan The Last Supper
sepanjang delapan kaki, betul-betul sama dengan gambar yang tadi dilihat
Sophie dalam buku. "Nah, itu perempuannya!"
Sophie yakin ada yang tidak dimengertinya. "Itu
lukisan yang sama dengan yang baru saja kauperlihatkan
padaku."
Teabing mengedipkan matanya. "Aku tahu, tapi
ukuran besar ini jauh lebih menarik. Bukan begitu?"
Sophie menoleh kepada Langdon mencari
pertolongan. "Aku tak paham."
Langdon tersenyum. "Holy Grail memang muncul
dalam lukisan The Last Supper. Leonardo telah memasukkannya dengan
jelas."
"Tunggu dulu," kata Sophie. "Kau bilang Holy
Grail itu perempuan. The Last Supper adalah lukisan tiga belas lelaki."
"Benarkah?" Teabing mengangkat alisnya. "Coba lihat dengan lebih
teliti."
Dengan tidak yakin, Sophie mendekati lukisan
itu, mengamati tiga belas tokoh di dalamnya-Yesus Kristus di tengah, enam murid
di sebelah kiri-Nya, dan enam murid lain di sebelah kanan-Nya."Mereka semua
lelaki," jelas Sophie.
"Oh?" kata Teabing. "Bagaimana dengan yang
duduk di tempat kehormatan, di sebelah kanan the
Lord?"
Sophie memeriksa tokoh yang duduk tepat di
sebelah kanan Yesus. Dia memusatkan perhatiannya pada tokoh tersebut. Ketika dia
mempelajari wajah dan tubuh tokoh itu, gelombang kekaguman menerpanya. Tokoh
tersebut berambut merah tergerai, kedua lengan lembutnya terlipat, dan dadanya
memberi isyarat. Tidak diragukan lagi ... itu perempuan.
"Itu perempuan!" seru Sophie.
Teabing tertawa. "Kejutan, kejutan. Percayalah,
ini bukan kesalahan. Leonardo ahli dalam membedakan jenis kelamin tokoh dalam
lukisannya."
Sophie tidak dapat melepaskan tatapannya dari
perempuan di samping Kristus. The Last Supper seharusnya merupakan lukisan
tiga belas lelaki. Siapa perempuan ini? Walau Sophie telah pernah melihat
gambar klasik ini beberapa kali, dia belum pernah melihat ketidaksesuaian yang
mencolok itu.
"Semua orang tidak melihatnya," kata Teabing.
"Pendapat kita yang telah terbentuk sebelumnya tentang gambar ini begitu kuat
sehingga pikiran kita memagari keganjilan itu dan mengesampingkan mata
kita."
"Hal itu disebut skotoma," tambah
Langdon. "Kadang-kadang otak kita bekerja demikian pada simbol-simbol yang
kuat." "Alasan lain yang membuatmu tidak melihat perempuan itu adalah," kata
Teabing, "banyak foto-foto dalam buku seni dibuat sebelum tahun 1954, ketika
rincian-rincian masih tersembunyi di bawah debu yang melekat dari beberapa
pelukisan-ulang yang restoratif dikerjakan oleh tangan-tangan ceroboh pada abad
XVIII. Kini, setidaknya, lukisan dinding itu sudah dibersihkan hingga lapisan
asli lukisan Da Vinci muncul." Dia menunjuk pada foto itu. "Et voila! Ini
dia!"
Sophie bergerak mendekati gambar itu.
Perempuan di sebelah kanan Yesus itu muda dan tampak saleh, dengan wajah serius,
rambut merah indah, dan lengan-lengan terlipat tenang. Inikah perempuan yang sanggup menghancurkan Gereja
sendirian?
"Siapa dia?"
"Itu," jawabTeabing, "adalah Maria
Magdalena."
Sophie menoleh. "Pelacur itu?"
Teabing terkesiap, seolah dunia baru saja
melukai perasaannya. "Magdalena bukan seperti itu. Konsepsi yang salah itu
merupakan warisan dari kampanye negatif yang disebarkan oleh Gereja awal. Gereja
harus menghapus nama Maria Magdalena untuk menutupi rahasia yang
berbahaya-perannya sebagai Holy Grail." "Perannya?"
"Seperti yang kusebutkan tadi," Teabing
menjelaskan, "Gereja ketika itu harus meyakinkan dunia bahwa nabi yang dapat
mati itu, Yesus, adalah seseorang yang memiliki sifat Tuhan. Karena itu, segala
kitab Injil yang menjelaskan aspek keduniaan dari kehidupan Yesus harus
dihilangkan dari Alkitab. Celaka bagi para editor terdahulu itu, satu tema
keduniaan yang sangat mengganggu terus berulang dalam kitab-kitab itu. Maria
Magdalena." Teabing terdiam sejenak. "Lebih khusus lagi, pernikahannya dengan
Yesus Kristus."
"Maaf?" Mata Sophie mengarah ke Langdon,
kemudian kembali ke Teabing.
"Ini menurut catatan sejarah," kata Teabing,
"dan Da Vinci jelas sangat tahu kenyataan itu. The Last Supper secara
khusus berseru kepada penikmat lukisan bahwa Yesus dan Maria adalah pasangan
suami istri.
Sophie menatap ke lukisan dinding itu
lagi.
"Perhatikanlah, Yesus dan Magdalena berpakaian
seperti pantulan mereka masing-masing." Teabing menunjuk pada dua tokoh di
tengah lukisan dinding itu.
Sophie terkagum-kagum. Cukup yakin, pakaian
mereka berwarna sebaliknya. Yesus mengenakan jubah merah dan mantel panjang
biru; Maria Magdalena mengenakan jubah biru dengan mantel merah. Yin
dan Yang.
"Yang lebih aneh lagi," kata Teabing,
"perhatikan bahwa Yesus dan pasangannya tampak sangat berdekatan dan saling
bersandar satu sama lain, seolah mereka menciptakan ruang negatif yang tergambar
jelas di antara rnereka."
Bahkan sebelum Teabing menunjukkan kontur
lukisan itu, Sophie sudah melihatnya -simbol V yang tak dapat diragukan pada bagian
yang tampak terang pada lukisan itu. Itu adalah simbol yang
sama dengan yang sudah digambarkan Langdon tadi untuk mewakili Grail, cawan, dan
rahim perempuan. "Akhirnya," kata Teabing, "jika kau dapat melihat Yesus dan
Magdalena sebagai elemen-elemen komposisional dan bukannya manusia, kau akan
dapat melihat bentuk lain yang lebih jelas lagi di depan matamu." Dia terdiam.
"Sebuah huruf alfabet." Sophie langsung dapat menemukannya. Mengatakan
bahwa huruf itu di depan mata adalah terlalu menyederhanakan persoalan.
Bagaimanapun, huruf itu segera dapat dilihat Sophie. Berkilauan di tengah
lukisan, begitu jelas dan besar, tak diragukan lagi, huruf
M.
"Agak terlalu sempurna jika dikatakan itu hanya
kebetulan saja, bukan?" tanya Teabing.
Sophie terpesona. "Mengapa huruf itu ada di
situ?"
Teabing mengangkat bahunya. "Teori konspirasi
akan mengatakan, itu adalah singkatan dari Matrimonio atau Maria
Magdalena. Jujur saja, tak seorang pun yakin akan hal itu. Satusatunya yang
meyakinkan hanyalah bahwa huruf M yang tersembunyi itu bukanlah kekeliruan.
Karya-karya seni yang berhubungan dengan Grail, yang tak terhitung jumlahnya,
menyisipkan huruf M, kadang sebagai cap air, di bawah
sapuan cat, atau sebagai sindiran komposisional. Huruf M yang paling tampak
jelas adalah, tentu saja, hiasan altar pada Our Lady of Paris di London, yang
dirancang oleh mantan Mahaguru Biarawan Sion, Jean Cocteau."
Sophie mempertimbangkan informasi itu. "Aku
akui, M yang tersembunyi itu membangkitkan rasa ingin tahu, walau aku juga
percaya tidak ada yang mengakui . bahwa itu membuktikan bahwa Yesus menikahi
Magdalena."
"Tidak, tidak," kata Teabing "Lagi
pula, Yesus sebagai lelaki yang menikah adalah lebih masuk akal daripada
pandangan standar kitab suci kita, yang menyatakan Yesus seorang
bujangan."
"Mengapa?" tanya Sophie.
"Karena Yesus orang Yahudi," kata Langdon,
menyela ketika Teabing masih mencari-cari bukunya. "Dan menurut kepantasan
sosial pada zaman itu, jelas terlarang bagi seorang lelaki Yahudi untuk tidak
menikah. Menurut adat Yahudi, tidak menikah itu terkutuk, dan kewajiban seorang
ayah Yahudi adalah mencarikan istri yang pantas bagi anak lelakinya. Jika Yesus
tidak menikah, paling tidak salah satu kitab Injil akan mengatakannya dan
memberikan beberapa penjelasan tentang kelajangannya yang tak biasa
itu.
"Ini adalah fotokopi dari Nag Hammadi dan
GulunganGulungan Laut Mati, yang tadi kuceritakan," kata Teabing. "Ini catatan
Kristen paling awal. Yang membingungkan adalah, tulisan di sini tidak sesuai
dengan kitab-kitab Injil dalam Alkitab." Teabing kemudian membuka bagian tengah
buku, lalu menunjuk sebuah bagian. "Injil Philip selalu awal yang
baik."
Sophie membaca bagian itu:
"Dan teman Sang Juru Selamat adalah Maria
Magdalena. Kristus mencintainya lebih daripada cinta-Nya kepada seluruh
muridnya, dan Yesus sering menciumnya di mulut. Murid-murid yang lain
tersinggung kerenanya, dan mengungkapkan ketidak setujuan
mereka. Mereka berkata kepada Yesus, `Mengapa Engkau lebih mencintainya daripada
kami semua?"
Kata-kata itu mengejutkan Sophie, namun tidak
cukup meyakinkan. "Ini tidak menyebut-nyebut soal perkawinan."
"Au contraire, sebaliknya," Teabing tersenyum, sambil menunjuk pada baris
pertama. "Seperti yang akan dikatakan oleh setiap sarjana Aramaic padamu, kata
teman, pada zaman itu, secara harfiah berarti pasangan hidup."
Langdon mengiyakan dengan sebuah
anggukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar